Minggu, 05 Juni 2011

Profil Wakatobi


Latar Belakang

Kepulauan Wakatobi merupakan wilayah kabupaten di Propinsi Sulawesi Tenggara yang meliputi delapan kecamatan, yaitu; Kecamatan Wangi-Wangi, Wangi-Wangi Selatan, Kaledupa, Kaledupa Selatan, Tomia, Tomia Timur, Binongko dan Togo Binongko. Daerah ini lebih dikenal sebagai Kepulauan Tukang Besi dengan taman laut dan terumbu karang terbaik di dunia. Wakatobi merupakan kawasan konservasi yang ditetapkan sebagai Taman Nasional (TN) pada Tahun 1996. Wakatobi memiliki prioritas tertinggi sebagai daerah konservasi laut di Indonesia. Hal ini dikarenakan keanekaragaman hayati laut, skala dan kondisi karang yang terdapat di Kabupaten Wakatobi.

Kabupaten Wakatobi memiliki berbagai warisan sejarah purbakala serta eksistensi sosial budaya yang unik dan khas di tengah masyarakat. Peninggalan budaya masa lalu memiliki karakteristik dan kekayaan nilai-nilai budaya. Pada Masyarakat Wakatobi hingga saat ini memiliki pola dan tradisi kehidupan yang dikenal sebagai masyarakat kepulauan dan pesisir. Budaya masyarakat Wakatobi lebih bersifat pada budaya pesisir (marine antropologis). Existing budaya pada masyarakat Wakatobi memberikan fenomena unik bagi pengembangan pariwisata yang berbasis pada nilai-nilai budaya.

Pengelolaan wisata di Kabupaten Wakatobi dikelola secara khusus oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Wakatobi. Kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) yang dilaksanakan oleh mahasiswa program keahlian ekowisata di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Wakatobi merupakan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman dan wawasan secara menyeluruh mengenai aspek pengelolaan kegiatan ekowisata. Kegiatan PKL yang dilakukan meliputi perencanaan, pelaksanaan kegiatan, pemantauan dan kesesuaian kegiatan dengan perencanaan. PKL dilakukan untuk melihat kesesuaian dan kesenjangan antara materi yang diterima dengan implementasi di lapangan oleh pengelola. Kepulauan Wakatobi memerlukan kerjasama yang baik antara pemerintah, Balai Taman Nasional, masyarakat, World Wide Foundation (WWF), Lembaga Penelitian Indonesia (LIPI), dalam menjalankan tugas dan keperluan pemanfaatan yang tidak merugikan potensi sumberdaya alam yang ada. Pengelolaan dan kerjasama ini diharapkan menjadikan Kabupaten Wakatobi menjadi daerah pemanfaatan wisata serta aspek-aspek lainnya secara lestari yang memperkenalkan dan mengembangkan Wakatobi.

A. Gambaran Umum Kabupaten Wakatobi1. Letak, Luas dan Batas Administrasi

Kabupaten Wakatobi terletak di Kepulauan Jazirah Tenggara Pulau Sulawesi. Kabupaten Wakatobi bila ditinjau dari peta Propinsi Sulawesi Tenggara secara geografis terletak di bagian selatan garis khatualistiwa, memanjang dari utara ke selatan diantara 5.00° - 6.25° Lintang Selatan (sepanjang ± 160 km) dan membentang dari Barat ke Timur diantara 123.34° - 124.64° Bujur Timur (sepanjang ± 120 km). Kabupaten Wakatobi memiliki luas wilayah daratan ± 823 km² atau hanya sekitar 4.5 % dari total wilayah Kabupaten Wakatobi secara keseluruhan. Sisanya merupakan wilayah perairan laut yang luasnya mencapai ± 18.377 km². Kabupaten Wakatobi terdiri dari delapan wilayah kecamatan yang semuanya berada di wilayah kepulauan yaitu:

a. Kecamatan Wangi-wangi.

b. Kecamatan Wangi-wangi Selatan.

c. Kecamatan Kaledupa.

d. Kecamatan Kaledupa Selatan.

e. Kecamatan Tomia.

f. Kecamatan Tomia Timur.

g. Kecamatan Binongko.

h. Kecamatan Togo Binongko.

Kecamatan di Kabupaten Wakatobi dengan wilayah paling luas adalah Kecamatan Wangi-wangi dengan luas 241.98 km² atau 29.40 % terhadap total luas wilayah Kabupaten Wakatobi, Wangi-wangi Selatan 206.02 km², Binongko 93.10 km², Togo Binongko 62.90 km², Tomia 47.10 km², Tomia Timur 67.90 km², Kaledupa Selatan 58.50 km². Wilayah Kecamatan yang paling kecil wilayahnya adalah Kecamatan Kaledupa dengan luas 45.50 km² atau 5.53 % dari total luas Kabupaten Wakatobi.

Pada Tahun 2003 terbentuk Kabupaten Wakatobi yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Buton dengan letak dan luas yang sama dengan Taman Nasional Wakatobi (TNW). Kabupaten Wakatobi secara geografis berbatasan dengan beberapa wilayah, diantaranya:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Buton dan Muna

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Banda

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Flores dan

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Buton

Kabupaten Wakatobi memiliki keunggulan daya tarik wisata baik dari keindahan laut maupun budaya marine antropologis. Pulau Wakatobi berada di kawasan timur Indonesia dan ujung sebelah tenggara Propinsi Sulawesi Tenggara sangat strategis untuk dikembangkan menjadi daerah transit travell dari daerah Bali, Makassar dan Maluku. Pengelolaan yang baik dan terarah akan memberikan dampak positif serta peluang wisata bagi perkembangan wisata di Kabupaten Wakatobi.

2. Sejarah Wilayah

Kabupaten Wakatobi merupakan wilayah otonomi hasil pemekaran Kabupaten Buton Propinsi Sulawesi Tenggara. Kabupaten Wakatobi dibentuk berdasarkan UU No. 29 Tahun 2003 tentang pembentukan Kabupaten Bombana, Kabupaten Wakatobi dan Kabupaten Kolaka Utara. Wakatobi adalah singkatan dari nama empat pulau besar yang ada di kawasan tersebut, yaitu; Pulau Wangi-wangi, Pulau Kaledupa, Pulau Tomia dan Pulau Binongko.

Pulau Wakatobi sejak dulu lebih dikenal dengan nama kepulauan tukang besi. Wakatobi merupakan wilayah barata pada masa kesultanan Buton yang berpusat di Pulau Kaledupa. Wilayah Barata merupakan penguasa atau negara taklukan Kesulatanan Buton. Barata dalam Kesultanan Buton dianggap sebagai mata rantai sangat penting yang membuat bahtera negara kuat dan seimbang sehingga akan dapat berlayar dengan baik. Barata setiap tahun diwajibkan membayar upeti yang disebut (Jawana). Setiap tahun upeti merupakan sumbangsih yang harus dibayar untuk utusan Jawa (Batavia). Upeti dibayarkan kepada Sultan Buton yaitu 45 boka dan 80 boka atau seorang budak ditambah 24 helai kain tenun, dan 2 orang budak (Schoorl, 2003).

3. Kondisi Fisik

a. Kondisi Topografi

Bentuk topografi daerah Kepulauan Tukang Besi atau Kabupaten Wakatobi umumnya datar dan terdapat beberapa mikro atol seperti Karang Kapota, Karang Kaledupa dan Karang Tomia. Konfigurasi terumbu karang pada umumnya datar, kadang-kadang muncul di permukaan dengan beberapa daerah yang bertubir-tubir karang yang tajam. Perairan lautnya mempunyai konfigurasi perairan mulai dari datar hingga melandai ke arah laut, dan beberapa daerah perairan bertubir curam. Kedalaman airnya bervariasi, dengan bagian terdalam terletak di sebelah Barat dan Timur Pulau Kaledupa yaitu sedalam 1.044 m. Dasar perairan bervariasi antara berpasir dan berkarang.

b. Kondisi Tanah

Kabupaten Wakatobi merupakan Pulau Atol atau Pulau Karang yang berbentuk cincin. Pada umumnya pulau ini adalah Pulau Vulkanik yang ditumbuhi oleh terumbu karang membentuk fringing reef, kemudian berubah menjadi barrier reef dan terakhir berubah menjadi pulau atol. Proses pembentukan tersebut disebabkan oleh adanya gerakan ke bawah subsidence dari pulau vulkanik oleh pertumbuhan vertikal dari terumbu karang. Hal ini menyebabkan kondisi tanah di Kabupaten Wakatobi berkarang dan berbatu. Daerah tersebut antara lain Atol Kaledupa, Atol Kapota dan Atol Tomia.

c. Kondisi Iklim

Kepulauan Wakatobi terletak berdekatan dengan garis khatulistiwa. Hal ini menjadikan Kabupaten Wakatobi beriklim tropis. Kepulauan Wakatobi memiliki dua musim yaitu, musim kemarau (musim timur) pada Bulan April – Agustus dan musim hujan (musim barat) pada Bulan September – April. Suhu harian berkisar antara 19 – 34 °C.

Kabupaten Wakatobi juga mengenal adannya musim angin barat berlangsung dari Bulan Desember sampai dengan Bulan Maret yang ditandai dengan sering terjadi hujan, sementara itu musim angin timur berlangsung bulan Juni sampai dengan September yang ditandai dengan kondisi laut yang teduh, gelombang tenang dan jarang terjadi hujan. Peralihan musim yang biasa disebut musim pancaroba Bulan Oktober-November dan Bulan April-Mei. Kondisi gelombang laut tidak menentu sangat tergantung dengan cuaca. Data sepuluh Tahun terakhir menyebutkan Jumlah curah hujan di Kepulauan Wakatobi tidak begitu tinggi jumlah curah hujan terendah terjadi pada Bulan September hanya mencapai 2.5 mm dan curah hujan tertinggi di Bulan Januari mencapai 229.5 mm.

4. Sosial Budaya Masyarakat

a. Suku

Penduduk Wakatobi terdiri dari berbagai macam etnis, yaitu; etnis Wakatobi Asli, Bugis, Buton, Jawa dan Bajau. Kebudayaan etnis asli masih kental belum mengalami akulturasi dan masing-masing etnis hidup berdampingan dengan teratur, rukun dan saling menghargai. Etnis Bajau dan etnis Cia-cia merupakan etnis pendatang yang berasal dari Pulau Buton. Etnis Bajau merupakan etnis yang sangat unik, karena kehidupan mereka sangat tergantung pada kehidupan laut, mulai dari mata pencaharian sampai membangun pemukiman yang berada diatas pesisir laut dengan memanfaatkan batu karang.

Masyarakat Kepulauan Wakatobi kaya dengan kesenian tradisionalnya yang menunjukkan masih berlakunya tradisi lokal yang ada di masyarakat. Berbagai macam tarian yang masih sering disaksikan seperti; Tari Lariangi, Tari Balumpa dan Tari Kenta-kenta. Aktifitas masyarakat Wakatobi masih ada sebagai pembuat tukang besi dan membuat kain tenun khas Wakatobi.

a. Agama

Penduduk Kabupaten Wakatobi sebagian besar beragama Islam. Kepercayaan terhadap hal-hal mistik masih dipercaya dan dilakukan dalam kehidupan masyarakat Wakatobi. Masyarakat masih melakukan ritual doa-doa dan permintaan dilokasi tertentu yang dianggap mistis. Pelaksanaan ritual masyarakat dilakukan dengan membawa daun sirih, buah pala dan koin tua sebagai suatu syarat. Kehidupan damai dan saling menghargai antara sesama manusia merupakan penerapan dalam kehidupan bermasyarakat di Wakatobi.

b. Bahasa

Penduduk Wakatobi memiliki bahasa daerah dalam berkomunikasi. Masyarakat desa masih menggunakan bahasa daerah dengan fasih dan lancar sedangkan masyarakat di kota menggunakan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi. Bahasa daerah yang digunakan masyarakat wakatobi merupakan rumpun bahasa suai yang pemakainnya meliputi dialek Wanci, dialek Kaledupa, dialek Tomia dan dialek Binongko. Keempat dialek di Wakatobi disebut wilayah bahasa atau region. Region di Wakatobi memiliki perbedaan-perbedaan dalam hal penyebutan atau penamaan benda-benda tertentu. Di Wangi-wangi misalnya, terdapat area Wanci, Mandati, Liya, Kapota dan Mola. Di Kaledupa terdapat area Ambeua, Lenteea. Di Tomia area Usuku, Kahiyanga dan Onemai. Di Binongko area Taipabuu dan Rukuwa (Taalami, 2008).

5. Demografi

Penduduk Kabupaten Wakatobi menurut survey penduduk antar sensus (SUPAS) pada Tahun 2005 berjumlah 95.574 jiwa. Penduduk Wakatobi mengalami peningkatan pada Tahun 2006 dan 2007 yang merupakan angka estimasi berdasarkan proyeksi SUPAS 2005. Pada Tahun 2006 peningkatan penduduk menunjukan angka 98.180 jiwa dan 99.492 pada Tahun 2007. Laju pertumbuhan penduduk mengalami penurunan yang cukupcepat sejak tahun 1990, yaitu dari 2.30 % selama periode 1990-2000 menjadi 1.70 % per tahun selama periode 2000-2005. Laju pertumbuhan penduduk tahun 2006 sebesar 2.73 %, sedangkan tahun 2007 sebesar 1.73 % dibanding tahun sebelumnya.

Struktur umur penduduk pada suatu daerah sangat ditentukan oleh perkembangan tingkat kelahiran, kematian dan migrasi. Oleh karena itu, jika angka kelahiran suatu daerah cukup tinggi maka dapat mengakibatkan daerah tersebut tergolong sebagai daerah yang banyak berpenduduk usia muda. Pada tahun 2006 34 % atau 33.538 jiwa adalah tergolong usia muda yang berusia 15 tahun kebawah. Hal ini menunjukkan bahwa Kabupaten Wakatobi mempunyai ciri penduduk “muda” karena masih besarnya persentase penduduk dibawah 15 tahun.

Penduduk usia 15 tahun keatas bila ditinjau dari segi ketenagakerjaan merupakan penduduk usia kerja yakni sebanyak 72.055 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 34.727 jiwa atau 48.28 % dan perempuan sebanyak 37.268 jiwa atau 51.72 %. Dari jumlah usia kerja tersebut diatas terdapat angkatan kerja 50.907 jiwa terdiri dari yang berkerja 45.430 jiwa atau 63.05 % terhadap penduduk usia kerja dan pengangguran terbuka sebanyak 10.76 %. Bukan angkatan kerja sebanyak 21.148 jiwa atau 29.35 % dari usia kerja yang terdiri dari sekolah 7.175 jiwa atau 9.96 %, mengurus rumah tangga 11.283 jiwa atau sebesar 15.66 % dan lainnya sebesar 2.690 jiwa atau 3.73 %.

Menurut lapangan usaha maka yang paling banyak menyerap tenaga kerja adalah sektor agriculture (pertanian) dengan jumlah 26.880 jiwa atau 59.17 %, kemudian sektor manufacture (pertambangan, Industri, litrik, gas, air dan bangunan/ konstruksi) sebesar 4.311 jiwa atau 9.49 % disusul sektor services (perdagangan, angkutan, keuangan, jasa perusahaan dan jasa perorangan) sebesar 14.239 atau 31.34 %.

6. Aksesibilitas

Kabupaten Wakatobi mempunyai rute perjalanan dari berbagai daerah yang sering dikunjungi wisatawan. Bali, Jakarta dan Makassar via kendari adalah bandara internasional yang sering disinggahi para Wisatawan, sehingga pemerintah Kabupaten Wakatobi dan pengusaha wisata membuat akses di bandara tersebut menuju Kabupaten Wakatobi. Kabupaten Wakatobi dapat ditempuh melaui beberapa perjalanan diantaranya laut dan udara.