Selasa, 21 Juni 2011

PELESTARIAN HABITAT PENYU di DESA RUNDUMA KABUPATEN WAKATOBI DAPAT DILAKUKAN DENGAN EKOWISATA



Perairan laut Indonesia adalah habitat bagi enam dari tujuh spesies penyu di dunia, karena memberikan tempat yang penting untuk bersarang dan mencari makan di samping merupakan rute perpindahan yang penting di pertemuan antara Samudera Pasifik dan Hindia (Iskandar D.T, 2000). Keenam spesies penyu tersebut adalah: (1) penyu sisik (Eretmochelys imbricata), (2) penyu lekang (Lepidochelys olivacea), (3) penyu belimbing (Dermocelys coriacea), (4) penyu hijau (Chelonia mydas), (5) penyu tempayan (Caretta caretta) dan (6) penyu pipih (Natator depressus), sedangkan yang tidak ada di Indonesia adalah Lepidochelys kempi. Spesies ini hanya hidup di Laut Atlantik,khususnya pada kawasan pantai Amerika dan Meksiko (Nuitja, 1996 dalam Dermawan, 1999).

Populasi ke enam spesies penyu ini tercantum sebagai yang rentan, terancam, atau sangat terancam menurut (IUCN Red List of Threatened Species) daftar merah spesies yang terancam menurut IUCN (International Union for Conservation of Nature). Ancaman utama yang dihadapi oleh penyu laut mencakup hancurnya habitat dan tempat bersarang, penangkapan, perdagangan ilegal dan eksploitasi yang membahayakan lingkungan. Indonesia pada tahun 1978 telah berperan serta menandatangani CITES (Convention on International Trade of Endangered Species) yang memasukkan satwa jenis penyu dalam apendiks 1. Hal ini berarti semua jenis penyu dan produk dari penyu tidak boleh diperdagangkan dan dikukuhkan pula dalam Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1978.

Salah satu habitat tempat hidup penyu yang berada dalam zonasi Taman Nasional Laut Wakatobi adalah di Desa Runduma Kecamatan Tomia. Keberadaan penyu ini selalu dieksploitasi masyarakat untuk mengambil telur, daging atau sisiknya. Bahkan permintaan dari luar daerah terhadap penyu ini semakin meningkatkan eksploitasi pemanfaatan penyu di kawasan Taman Nasional Laut ini. Upaya perlindungan dan konservasi penyu sangat krusial agar hewan ini dapat dilestarikan. Salah satu upaya adalah dengan menjadikan penyu sebagai obyek dalam kegiatan wisata, khususnya ekowisata yang menekankan pada pelestarian sumber daya alam.

Ekowisata penyu menjadi salah satu pilihan dalam mempromosikan lingkungan yang khas dan terjaga keasliannya, sekaligus menjadi suatu kawasan kunjungan wisata. Potensi yang ada adalah suatu konsep pengembangan lingkungan yang berbasis pada pendekatan, pemeliharaan dan konservasi alam. Ekowisata memiliki prinsip pengelolaan berkelanjutan,seperti: berbasis pada wisata alam, menekankan pada kegiatan konservasi, mengacu pada pembangunan pariwisata yang berkelanjutan, berkaitan dengan kegiatan pengembangan pendidikan, mengakomodasi budaya lokal, dan memberi manfaat pada ekonomi lokal.

Desa Runduma merupakan pesisir yang masih dijadikan Penyu untuk bertelur. Untuk itu demi kelestarian Penyu di Desa Runduma, perlu dilakukan Studi Kesesuaian Ekowisata Penyu di Desa Runduma Taman Nasional Wakatobi, agar Penyu tidak terancam dari kepunahan dan dapat kita lestarikan untuk kehidupan anak cucu kita....gimana ?...ada yang berminat untuk melakukan riset kesana...:D

Tidak ada komentar: